LAPORAN PRAKTIKUM
INDUSTRI TERNAK POTONG
ACARA III
KOMODITAS BABI
Disusun oleh:
Yuvanta Lia Fradita
11/313213/PT/05996
Kelompok XI
Asisten Pendamping : Rudi Ikhsan Azhari
LABORATORIUM TERNAK POTONG KERJA DAN
KESAYANGAN
BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan protein
hewani di Indonesia masih sangat kurang terpenuhi dibanding dengan negara maju.
Adapun penyebabnya adalah produktivitas ternak yang rendah dengan jumlah
penduduk Indonesia yang terus meningkat. Salah satu alternatif untuk memenuhi
konsumsi hasil ternak terutama daging adalah dengan mengembangkan dan
meningkatkan usaha ternak potong yaitu babi. Babi terkenal karena produksinya
yang fluktuatif naik dan turun. Dalam sejarah, pemasaran babi mengalami
peningkatan dan penurunan dengan cepat, seringkali secara sangat mendadak.
Namun demikian, usaha ini masih tetap menguntungkan (Blakely dan Bade, 1998).
Ternak babi dapat memiliki prospek dalam program pemenuhan kebutuhan protein
asal hewani. Berkembangnya masyarakat terhadap kesadaran akan mendorong
masyarakat untuk mengkonsumsi daging lebih banyak. Babi merupakan ternak potong yang sangat efisien dalam pemeliharaannya.
Babi membutuhkan kebutuhan pakan yang seadanya (kualitas rendah) babi masih dapat berkembang dengan sangat
baik. Bahkan dengan kualitas pakan yang rendah tersebut, tubuh babi bisa lebih
gemuk dari komoditas ternak potong jenis lain, dengan menghasilkan presentase karkas yang lebih besar.
Manajemen
pemeliharaan babi adalah suatu industri yang mengatur aspek-aspek biologis yang
terjadi pada babi baik mekanisme biologis yang terjadi secara internal maupun
eksternal serta interaksinya yang kemudian melalui rekayasa dan input teknologi
diarahkan untuk tujuan produksi daging babi. Disamping produk dagingnya, babi
juga menghasilkan energi biologis, yang implikasinya dapat menghasilkan energi
mekanis berupa gerakan kontraksi dan relaksasi musculus (otot).
Mengingat permintaan bahan pangan yang terus meningkat termasuk kebutuhan akan
protein hewani khususnya daging, maka dengan praktikum industri ternak potong
ini diharapkan praktikan mengetahui berbagai masalah dalam usaha peternakan
ternak potong.
Praktikum industri
ternak babi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manajemen seleksi,
manajemen perawatan ternak, manajemen sanitasi dan pencegahan penyakit,
manajemen pakan, dan manajemen perkandangan dari suatu peternakan babi.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen
Seleksi
Seleksi pada babi merupakan hal penting untuk
menghasilkan babi yang mempunyai produktivitas tinggi baik kualitas maupun
kuantitas. Seleksi pada babi dalam pengertian luas dilakukan berdasarkan ada
hasil judging, catatan silsilah,
penampilan dan pengujian atau test produksi (Blakley dan Bade, 1998). Seleksi yang dilakukan
akan lebih bermanfaat dengan mencurahkan usaha perbaikan terhadap sifat-sifat
yang tinggi atau sedang heritabilitasnya. Sifat-sifat dengan heritabilitas rendah
pada babi meliputi laju pertumbuhan, efisiensi penggunaan pakan dan produksi
air susu, sedangkan sifat-sifat dengan heritabilitas tinggi meliputi kualitas
karkas, ukuran otot dan ukuran tubuh dewasa (Sihombing, 1997).
Komposisi ternak (Breeding)
Komposisi ternak
babi yang terdapat di peternakan Ibu Aning meliputi babi jantan, induk betina,
induk betina bunting, induk betina menyusui, piglet jantan lepas sapih-dewasa,
piglet betina lepas sapih-dewasa, dan piglet jantan dan betina lahir-menyusu. Adapun
jumlah masing-masing komposisi ternaknya
adalah sebagai berikut :
Tabel 1 .
Komposisi ternak babi (Breeding)
No.
|
Komposisi
ternak
|
Jumlah
|
1
|
Induk
pejantan
|
24
|
2
|
Induk
betina tidak bunting
|
110
|
3
|
Induk
betina bunting
|
5
|
4
|
Induk
betina menyusui
|
17
|
5
|
Piglet lepas sapih dewasa
Jantan
Betina
|
42
45
|
6
|
Piglet lahir-menyusui
Jantan
Betina
|
-
6
|
Total
ternak
|
249
|
Manajemen
seleksi dan breeding di peternakan babi ini dilakukan dengan cukup baik.
Ternak-ternak diletakkan dikandang yang berbeda tergantung umur dan kondisi
fisiologis dan reproduksinya. Komposisi ternak yang ada di peternakan Bu Aning
ini terdiri dari indukan jantan, betina dan piglet. Piglet
lahir dan menyusui diletakkan di kandang yang sama dengan induknya. Piglet
lepas sapih, dewasa diletakkan di kandang yang terpisah dan dibagi menjadi dua
jenis kandang tergantung kualitas piglet. Piglet yang mempunyai kualitas baik
dipisahkan dengan piglet yang mempunyai kualitas buruk. Hal tersebut merupakan
salah satu upaya dalam seleksi.
Kriteria
bibit yang digunakan sebagai indukan babi
Kriteria
bibit yang digunakan sebagai indukan babi yaitu jantan memiliki ciri-ciri
testis simetris, bentuk badan panjang, bentuk kaki kuat, tidak terlalu kurus
atau besar, libido tinggi, bentuk badan bagus, sehat dan tidak cacat, pantatnya
besar, sedangkan induk betina memiliki ciri-ciri puggung melengkung seperti
busur, vulva agak turun, jarak antar puting sama, paha dan pinggul lebar,
puting panjang dan jumlah puting 14 sampai 16, kaki kuat dan lurus, berat badan
lebih dari 225 kg, bentuk tubuh padat berisi, ekor melingkar, tidak cacat dan
sehat, serta berasal dari bangsa yang jelas. Menurut Anonim (1996), Babi jantan
yang baik adalah kepala ringan, pandangan tajam, tubuh panjang, pada punggung
agak melengkung dan kuat, bahu lebar, dalam dan rata dengan punggung, kaki
kuat, lebih-lebih kaki belakang, dengan tumit yang kuat, kuku rapat, simetris,
bersih, testes besarnya sama, simetris, jumlah puting cukup banyak antara 12
sampai 14 buah dan genap, perut bagian
bawah rata, temperamen agresif, bersemangat. Babi induk yang baik yaitu kepala
besarnya sedang, rahang ringan, tubuh panjang,
pada punggung agak berbentuk busur dan kuat, bahu lebar dan rata dengan punggung, perut bila
dipegang lunak, halus, jumlah puting cukup banyak, 12 sampai 14 buah dan
letaknya simetris, genap, kaki kaki kuat, lurus, tumit kuat, kuku rapat,
simetris dan kuat, ham (paha) tebal, lebar-ekor melingkar (menunjukkan babi
yang sehat).
Manajemen
Reproduksi
Deteksi estrus
Tanda-tanda
estrus pada babi adalah gelisah, bengak-bengok, vulva menjadi agak besar
dari keadaan biasa, mengeluarkan cairan kental, dan warna vulva menjadi
merah. Tujuan dari deteksi estrus adalah mengatur perkawianan agar pada waktu
yang tepat terjadi fertilisasi. Menurut
Nugroho dan Whendarto (1996), tanda–tanda
birahi pada babi betina antara lain, gelisah, berteriak atau mengeluarkan suara
untuk menarik perhatian, nafsu makan berkurang, vulva membengkak berwarna merah
dan biasanya mengeluarkan lendir, mencoba menaiki sesama betina teman
sekandangnya serta apabila punggungnya diraba, diberi muatan atau dinaiki dia
akan bersikap diam dan tidak melawan atau manghindar. Menurut Sihombing (1997), Apabila
babi sedang birahi maka babi itu akan gelisah, vulva membengkak, merah, hangat,
dan suka menaiki ternak lainnya. Cara perkawinan adalah dengan cross breeding. Hal ini dilakukan agar
kejadian seperti cacat dapat dihindari karena adanya pemunculan gen-gen
resesif. Babi betina biasanya menunjukkan estrus pertama pada umur kurang lebih
6 bulan, tetapi biasanya tidak dikawinkan sampai paling sedikit berumur 8
bulan. Berdasarkan hasil pengmatan, pada saat praktikum tidak ditemukan babi
yang sedang estrus.
Deteksi kebuntingan
Berdasarkan
data dari praktikum yang telah kami lakukan, tanda-tanda kebuntingan meliputi
punggung bagian atas melebar, cenderung pasif, perut membesar bagian bawah,
nafsu makan meningkat, menjauhi pejantan, temperamennya tenang, ambing turun
dan membesar, serta puting susu mengeras. Babi dengan no.kandang 5, 7, 8, 24,
dan 27, dideteksi sedang bunting. Menurut Blakely dan Bade (1998), tanda-tanda kebuntingan pada babi yaitu
nafsu makan meningkat, puting membesar dan padat, perut membesar pada bagian
bawah dan lebih sensitif. Menurut Sihombing (1997), ovulasi pada
babi hanya terjadi selama jangka waktu 6 sampai 12 jam. Faktor-faktor laju ovulasi
dipengaruhi oleh faktor genetis pubertas, umur induk dan pakan. Berdasarkan
hasil pengamatan, terdapat 5 babi yang bunting.
Deteksi
beranak
Babi
yang akan melahirkan biasanya mempunyai ciri-ciri
vulva merah membesar, perut membesar dan turun, ambing dan puting turun. Babi yang baru beranak memiliki ciri-ciri menyusui
anaknya, ambing membesar, mempunyai sifat keibuan, vulva bengkak dan membesar. Menurut
Blakely and Blade (1998), tanda-tanda
menjelang babi melahirkan antara lain gelisah, membuat sarang, dan organ
reproduksi bagian luar membesar. Babi yang terdeteksi beranak di tempat praktikum ada 17 ekor.
Manajemen Perawatan Ternak
Perawatan babi betina dan jantan
Perawatan
babi betina dan jantan breeding
kandang dibersihkan setiap pagi dan sore, rutin
memandikan ternak, pemberian vitamin A, D, E, K, penyapihan
(umur 1 bulan) diberi obat cacing, induk diberi obat cacing, anak setelah lepas sapih dipisahkan antara betina
dan jantan. Menurut Sihombing (1997) bahwa anak babi yang
baru lahir diberi susu sebagai makanan ideal bagi anak babi masa menyusu.
Selain menyusu anak babi diberi tambahan makanan (creep feeding).
Manfaat yang diharapkan dari pemberian makanan creep feeding adalah anak lebih berbobot saat disapih, kondisi
keadaan induk lebih baik saat anak disapih, memperkecil hambatan pertumbuhan
anak lepas sapih. Pemotongan ekor pada anak babi
bertujuan untuk memperbaiki penampilan, sehingga nilai jualnya tinggi.
Perawatan
babi betina dan jantan yaitu pembersihan
lubang hidung dan mulut dari lendir, tali pusar dipotong kurang lebih 0,5 cm
dan diberi betadine, pemberian
kolostrum, umur 1 sampai 3 hari dilakukan pemotongan taring, pemotongan ekor,
disuntik pig iron getc, di vaksin HOX
pada umur 10 hari untuk mencegah penyakit kolera, umur 2 minggu sampai 1 bulan
disuntik mikroplasma untuk mencegah penyakit paru-paru, dilakukan pengulangan
vaksin HOX per 6 bulan, dan pemberian obat cacing per 3 bulan sekali. Menurut
Sinaga (2009), perawatan anak setelah kelahiran umur 1
hari, ekor dipotong, taring dipotong. Umur 3 sampai 4 hari diberi Tronject
untuk penambah zat besi karena belum diberi air susu. Seminggu pertama diberi
vaksin mikroplasma untuk mencagah penyakit pernapasan dan umur 4 minggu diberi
vaksin mikroplasma II. Anak babi yang baru lahir kemungkinan besar mengalami
defisiensi zat besi (Fe). Hal ini disebabkan cadangan Fe dalam tubuhnya terus
menurun, tetapi masukan Fe dari susu induk tidak mencukupi. Untuk itu, anak
babi yang berumur 3 sampai 4 hari perlu diberi tambahan Fe dengan cara
mengoleskan Fe pada putting induk atau dengan melakukan suntikan pada anak babi
sebanyak 1 sampai 1,5 ml/ekor.
Manajemen Sanitasi dan Pencegahan Penyakit
Pencegahan dan pengobatan penyakit
Berdasarkan hasil
praktikum, pencegahan penyakit yang
dilakukan anatara lain sanitasi kandang dan ternak, pemberian obat cacing,
pemberian vaksin dan pemberian obat sesuia dengan penyakitnya. Menurut
Sihombing (1997) pencegahan penyakit harus dilakukan dari awal yaitu mulai dari
induk bunting, induk kering, induk laktasi, anak baru lahir, lepas sapih dan
seterusnya, dengan melaksanakan manajemen yang baik akan besar sumbangannya
untuk mengurangi terjadinya penyakit di peternakan babi. Sanitasi
dapat dilakukan dengan cara mendesinfeksi. Mendesinfeksi adalah membinasakan
kuman-kuman, namun tidak satupun desinfektan yang ampuh pada ber bagai keadaan.
Bahan yang dapat digunakan adalah kaustik soda, soda pencuci, kapur, alkohol,
gas formaldehida, iodin, bahan-bahan golongan phenol, uap panas dan panas
kering. Menurut
Baliarti et al (1999),
mengatakan bahwa prisip pencegahan penyakit adalah tidak mengobati atau
bertindak setelah penyakit itu timbul, tetapi bagaimana usaha-usaha preventif
yang dilakukan agar penyakit tidak terjadi pada usaha peternakan dan dengan
adanya memandikan babi akan dapat menjaga kebersihan babi juga dapat juga
membantu penurunaan suhu pada babi karena babi tidak mempunyai kelenjar
keringat. Kotoran babi tidak boleh ditumpuk dekat dengan kandang karena
tumpukan itu akan menggundang lalat.
Berdasarkan
hasil praktikum penyakit yang sering muncul adalah penyakit saluran pernapasan,
cacingan, diare, gangguan
pernapasan, abses, mastitis da scabies.
Ciri-ciri penyakit saluran pernapasan adalah kurus dan nafsu makan yang kurang.
Penyakit cacingan memiliki ciri-ciri yaitu bintik-bintik pada punggung,
menggosok-gosokan badan pada tembok obat yang biasa digunakan untuk mengobati
penyakit ini adalah bendazol, albendazol dan fermirazol. Penyakit diare ciri-ciri
fesesnya cair, obat yang digunakan adalah corflox yang di injeksikan pada
pantat. Ciri-ciri penyakit gangguan pernapasan yaitu batuk, perut kembang
kempis, dan napas tidak teratur. Ciri
penyakit abses adalah terdapat luka-luka pada tubuh dan lama kelamaan luka
tersebut akan berkerak dan bernanah. Mastitis ciri-cirinya ambing membengkak
tetapi tidak mengeluarkan susu. Menurut Sihombing (1997),
penyakit Mencret penyebabnya adalah E.Coli, Salmonella, anemia, avitaminosis. Gejalanya adalah mencret
dengan cairan lendir, berat badan turun cepat, suhu tubuh tinggi, nafsu makan
turun. Pencegahan dengan sanitasi kandang yang baik dan pemberian pakan yang
sesuai.
Obat-obat yang
digunakan pada peternakan babi Ibu Aning untuk mencegah penyakit-penyakit yang
biasa menyerang babi sebagai berikut:
Tabel 2. Obat-obatan dan fungsinya
Obat
|
Keterangan
|
|||
Pig iron jact
Chorflox
|
Untuk sumber zat besi pada babi berumur 3
sampai 4 hari
Untuk obat mencret atau diare dan obat batuk bisa juga sebagai antibodi
|
|||
Betamoxin
|
Dengan
cara injeksi untuk babi setelah beranak untuk
pengembalian daya tahan tubuh setelah melahirkan
|
|||
Multivitamin
|
Menambah nafsu makan dan pemberiannya dalam
bentuk tablet
|
|||
Gelsoperm
|
2
ml per 4 kg berat badan untuk obat mencret diberikan melalui oral atau mulut
|
|||
Verdest
|
pemberiannya 1 sampai 2 mililiter merupakan penambah
zat besi dan diberikan melalui injeksi intra muskular
|
|||
Manajemen Pakan
Induk
menyusui
Bahan pakan yang diberikan pada induk babi menyusui yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Komposisi dalam bahan pakan
Bahan Pakan
|
Presentase (%)
|
Jumlah (kg)
|
Jagung
|
30
|
0,6
|
Bekatul
|
25
|
0,5
|
Bungkil kedelai
|
10
|
0,2
|
Tepung daging
Combo 72
|
10
25
|
0,2
0,5
|
Total
|
100
|
2
|
Manajemen pakan pada babi lebih ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
induk dalam berproduksi dan birahi sehingga dapat memproduksi anak yang lebih
banyak pada setiap kelahirannya. Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan efisiensi pakan
dan tingkat pertambahan bobot badan babi yang akan dijual atau dipasarkan.
Menurut Sihombing
(1997), pemberian pakan pada babi umur
8-12 minggu sebanyak 1 sampai 1,25 kg/hari, 14 sampai 23 minggu 2,25 sampai
2,75 kg, dara 1,5 sampai 2 kg, induk kering susu 2,5 sampai 3 kg, induk bunting
2 sampai 3,0 kg, induk laktasi 3 sampai 4,5 kg, jantan 2 sampai 2,5 kg.
Berdasarkan data yang diperoleh yaitu pakan yang diberikan sebanyak 3,5 kg
dengan komposisi jagung, bekatul, combo 93, batu kapur, minyak kelapa sawit dan
bungkil kedelai. Pemberian pakan sesuai dengan literatur. Pakan yang diberikan pada induk menyusui sangat
berpengaruh terhadap produksi susu yag dihasilkan. Ransum babi menyusui
hendaknya mengandung CP 16 % dengan penambahan asam amino pada ransum.
Induk bunting
Bahan pakan yang
diberikan pada induk babi bunting yaitu sebagai
berikut :
Tabel 4.
Komposisi dalam bahan pakan
Bahan Pakan
|
Presentase (%)
|
Jumlah (kg)
|
Jagung
|
30
|
0,45
|
Bekatul
|
30
|
0,45
|
Bungkil kedelai
|
10
|
0,15
|
Tepung daging
Combo 72
|
10
20
|
0,15
0,3
|
Total
|
100
|
1,5
|
Pakan yang diberikan pada induk bunting sangat berpengaruh terhadap bobot
anak, ketahanan tubuh anak yang dilahirkan serta jumlah anak yang dapat
disapih. Induk yang sedang bunting harus diberi pakan yang
mengandung nutrisi lengkap, baik energi, protein, vitamin dan mineral.
Pemberian pakan ini bertujuan untuk menjaga keadaan tubuh induk dan
meningkatkan jumlah anak yang akan dilahirkan. Induk yang gemuk dapat
menyebabkan tingkat kematian janin yang tinggi, bobot anak rendah dan lebih banyak menyebabkan gangguan
pada saat melahirkan.
Menurut Sihombing (1997), pemberian pakan pada babi umur 8 sampai 12 minggu sebanyak 1
sampai 1,25 kg/hari, 14 sampai 23 minggu 2,25 sampai 2,75 kg, dara 1,5 sampai 2
kg, induk kering susu 2,5 sampai 3 kg, induk bunting 2 sampai 3,0 kg, induk
laktasi 3 sampai 4,5 kg, jantan 2 sampai 2,5 kg. Berdasarkan data yang
diperoleh yaitu pakan yang diberikan pada induk bunting yaitu 3,0 kg/hari.
Pemberian yang dilakukan sesuai dengan literartur. Ransum untuk babi bunting
merupakan makanan yang agak kasar dan mengandung CP 16%. Untuk induk yang telah
2/3 umur kebuntingannya memerlukan CP > 16%.
Induk
jantan dan betina
tidak bunting
Bahan pakan yang diberikan pada induk babi jantan dan betina tidak bunting yaitu sebagai berikut :
Tabel 5.Komposisi
dalam bahan pakan
Bahan Pakan
|
Presentase (%)
|
Jumlah (kg)
|
Jagung
|
30
|
0,45
|
Bekatul
|
30
|
0,45
|
Bungkil kedelai
|
10
|
0,15
|
Tepung daging
Combo 72
|
10
20
|
0,15
0,3
|
Total
|
100
|
1,5
|
Babi
memerlukan makanan yang berbeda pada tingkat umur yang berbeda. Babi dewasa
membutuhkan kadar protein, mineral dan vitamin yang lebih tinggi dibandingkan
induk bunting. Protein hewani terutama adalah lebih penting bagi babi muda
dibandingkan dengan babi tua dan kemampuan babi mencerna roughage meningkat semakin bertambahnya umur. Menurut Sihombing (1997), pemberian pakan pada babi umur 8 sampai 12 minggu sebanyak 1
sampai 1,25 kg/hari, 14 sampai 23 minggu 2,25 sampai 2,75 kg, dara 1,5 sampai 2
kg, induk kering susu 2,5 sampai 3 kg, induk bunting 2 sampai 3,0 kg, induk
laktasi 3 sampai 4,5 kg, jantan 2 sampai 2,5 kg. Berdasarkan data yang
diperoleh yaitu pakan yang diberikan pada induk jantan dan betina tidak bunting
yaitu 4,0 kg/hari. Pemberian pakan sesuai dengan literatur. Ransum untuk induk
dewasa tidak bunting hendaknya mengandung CP 16% dengan palatabilitas tinggi
dan serat kasar yang sedang. Penambahan
mineral sangat penting untuk proses metabolismedalam tubuh babi dan meupakan
penyusun utama tulang. Mineral harus ditambahkan pada segala jenis ransum.
Anak
lepas sapih
Bahan pakan yang diberikan pada babi lepas sapih
yaitu sebagai berikut:
Tabel 6.
Komposisi dalam bahan pakan
Bahan Pakan
|
Presentase (%)
|
Jumlah (kg)
|
Jagung
|
40
|
0,48
|
Bekatul
|
10
|
0,12
|
Bungkil kedelai
|
15
|
0,18
|
Tepung daging
Combo 76
|
5
30
|
0,06
0,36
|
Total
|
100
|
1,2
|
Pakan untuk anak lepas sapih merupakan paling baik karena mengandung energi
dan protein yang sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan pada fase ini babi
mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal sehingga pakan harus sangat
diperhatikan. Menurut Sihombing (1997), pemberian pakan pada
babi umur 8 sampai 12 minggu sebanyak 1 sampai 1,25 kg/hari, babi lepas
sapih umur 14 sampai 23 minggu sebanyak 2,25 sampai 2,75 kg, dara 1,5 sampai 2
kg, induk kering susu 2,5 sampai 3 kg, induk bunting 2 sampai 3,0 kg, induk
laktasi 3 sampai 4,5 kg, jantan 2 sampai 2,5 kg. Berdasarkan data yang
diperoleh yaitu pakan yang diberikan pada anak lepas sapih yaitu 2,5 kg/hari.
Kebutuhan pakan anak babi lepas sapih sangat tinggi sehingga dalam penyusunan
ransum hendaknya mengandung CP 18%, serat kasarnya rendah dan digestibilitasnya
tinggi. Keseimbangan ransum pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan anak babi
selama masa penyapihan.
Menurut Sihombing (1997), faktor-faktor yang perlu diperhatikan atau
dipertimbangkan saat menentukan tingkat pemberian ransum sangat bervariasi
antar individu, tergantung bobot babi, kondisi tubuh, cara pengandangan,
kondisi lingkungan, cara memberi makan, kesehatan, tingkat produktivitas dan
patokan manajemen yang dijalankan. Lebih lanjut dijelaskan kebutuhan energi
meningkat ± 0,1 kg ransum per hari untuk setiap 10 kg bobot tubuh lebih besar.
Manajemen Perkandangan
Kandang
babi di peternakan bu Aning ada 4 jenis yaitu kandang individu, kandang koloni,
kandang beranak dan menyusui, dan kandang kawin. Ukuran kandang babi dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Ukuran kandang
Jenis kandang
|
Panjang (m)
|
Lebar (m)
|
Tinggi (m)
|
Kemiringan (%)
|
Individu
|
1,5
|
0,55
|
1,02
|
2
|
Koloni
|
3,66
|
2,95
|
2,83
|
4
|
Beranak dan menyusui
|
2,3
|
1,61
|
0,57
|
1
|
Kawin
|
3,66
|
2,80
|
2,83
|
4
|
Menurut Nugroho dan Whendarto (1996), fungsi kandang
babi dalam peternakan secara intensif agar babi tidak berkeliaran, melindungi
babi dari gangguan cuaca sebab suhu badan babi sekitar 39°C dan untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatannya
maka suhu tersebut agar dipertahankan, kandang untuk mempermudah tata
laksana peternakan antara lain,
mempermudah pemberian pakan dan minum, pembersihan dan sanitasi kandang dan
lingkungan serta kontrol kesehatan,
pencegahan penyakit dan pengobatan dapat mudah ditagani, kandang mempermudah
pelaksanaan program peternakan atau pemeliharaan bibit, baik program
penggemukan, pembiakan ataupun pembibitan.
Menurut Anonim (1996), kandang babi dapat dibedakan menurut konstruksinya yaitu
pertama, kandang tunggal yakni kandang yang terdiri dari satu baris saja dan
yang kedua kandang ganda yakni kandang yang terdiri dua baris yang letaknya
saling berhadapanataupun yang saling bertolak belakang. Menurut kegunaannya
yaitu pertama, kandang babi induk bunting yang berukuran 3 x 2 m dan lebih kuat dan kedua kandang babi
pejantan yang berukuran 3 x 2,5 m, yang ketiga kandang babi penggemukan yang
berukuran 1 m2 , kandang lebih sederhana tiap ruang tidak akan diisi
lebih dari 12 sampai 15 ekor babi dan yang
keempat kandang babi karantina yakni untuk mengisolir babi-babi yang menderita
sakit, terlebih-lebih penyakit menular.
Menurut Sihombing (1997), unit kandang tempat induk
melahirkan anak dan petak-petak kandang harus dilengkapi dengan palang pengaman
atau krangkeng (stall) melahirkan anak. Ada 4 golongan
kandang minimal yang harus disediakan oleh peternak baik usaha kecil, sedang,
besar, dan sangat besar, yaitu kandang betina sebelum dan selama bunting,
kandang melahirkan, kandang mengasuh anak atau sapihan, kandang pembesaran dan
penggemukan. Di dalam peternakan tersebut juga telah memenuhi syarat yaitu
terdapat minimal empat macam kandang yang mempunyai fungsi tersendiri yaitu
kandang beranak, kandang menyusui, kandang induk jantan dan betina, dan kandang
anank lepas sapih serta kandang untuk penggemukan. Kandang piglet
digunakan untuk menampung anak-anak babi yang sudah disapih dan kandang ini
dapat memuat 10 sampai 30 ekor. Kandang ini berupa kandang kelompok dengan umur
anak rata-rata sama atau dalam satu periode kelahiran. Kandang ini juga
memiliki kemiringan 2%.
Peralatan dan Fasilitas
Kandang
Peralatan
kandang yang ada di kandang peternakan babi Ibu Aning antara lain ember yang
berfungsi untuk mengangkut pakan, sapu lidi berfungsi untuk membersihkan atau
menyapu kandang, selang berfungsi untuk membersihkan atau menyiram kandang,
tempat pakan berfungsi untuk meletakkan pakan untuk ternak babi, kran minum
berfungsi untuk minum ternak babi, timbangan berfungsi untuk menimbang berat
pakan, sekop untuk membersihkan feses, da sikat yang digunakan untuk
membersihkan kandang. Fasilitas kandang antara lain gudang pakan yang digunakan
untuk menyimpan pakan, toilet untuk tempat buang air kecil bagi pegawai, tandon
air untuk menampung air, serta penerangan untuk menerangi kandang.
Lingkungan
Suhu di kandang peternakan babi Ibu Aning sebesar 28,4ºC
sedangkan kelembabannya 99%. Menurut
Sihombing (1997), kisaran normal suhu kandang babi adalah 26 sampai 29 ºC
dengan kelembaban 70 %. Berdasarkan perbandingan literatur, hasil pengukuran
kelembaban kandang berada di atas kisaran normal. Menurut Sihombing
(1997), perbedaan kondisi lingkungan
disebabkab]n karena perubahan cuaca yang tidak menentu dan iklim.
BAB III
KESIMPULAN
Seleksi
babi yang akan digunakan sebagai indukan atau sebagai breeding dapat diketahui
dengan menilai kondisi fisik babi. Perawatan ternak sangat penting dilakukan
untuk mencegah penyakit pada babi, perawatan dilakukan pada babi breeding,
fattening, dan anak babi. Obat obat yang digunakan di kandang babi kadipiro ini
antara lain chorflox, betamox,
pig ironject, multivitamin, gelsoperm dan
verdest. Kebuntingan pada ternak babi dapat diketahui dengan
melihat tanda-tandanya yaitu perut besar, puting berwarna merah dan terlihat
menonjol keluar. Tanda-tanda
untuk mendeteksi induk babi akan beranak adalah vulva merah dan bengkak,
gelisah, ambing besar, feses padat, lebih suka tidur serta keluar cairan dari
kemaluan juga terlihat tidak adanya nafsu makan pada ternak.
Pakan yang diberikan pada ternak berupa konsentrat yang diberikan pagi dan
sore. Kandang di peternakan babi kadipiro ini kemiringan sekitar 1 sampai 4%, dilengkapi dengan alat
alat kandang yang terdiri dari selang, tempat pakan, sapu lidi, timbangan,
ember, dan tendon air.
DAFTAR PUSTAKA
Baliarti, Endang., Ngadiono, P., Purwanto Basuki., Panjono. 1999. Ilmu Manajemen Ternak Potong. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Blakely, J dan D. H. Bade. 1998. Ilmu
Peternakan. Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nugroho, E. dan I.
Whendarto. 1996. Beternak Babi. Eka Offset. Semarang.
Sihombing. 1997. Ilmu Ternak Babi.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sinaga, Sauland. 2009. Babi Grower. Available at www.blogs.unpad.ac.id. Accession date 7th March 2013.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar